Rabu, 09 Desember 2020

SI CANTIK DI TENGAH HUTAN KARET

 


Jika kita berkendara melalui jalur Banyumas – Buntu kita sudah cukup familiar dengan tanjakan hutan karet PTPN Krumput. Jalan menanjak yang berkelak-kelok dinaungi hutan karet yang rimbun menjadikan suasana sejuk dan teduh meskipun siang hari cuaca panas. Sepanjang jalan tampak hutan tanaman karet yang tertata rapi dan selalu tampak asri.

Selain tampak muka yang sering kita lihat saat melewati jalur tanjakan Krumput ternyata ditengah hutan karet  masih ada “ Hidden Beauty” alias kecantikan tersembunyi yang perlu dijelajahi. Selain pemandangan indah di hutan karet, ada sebuah sungai dengan air terjun cantik dengan nuansa eksotik dan romantis.  Untuk menuju lokasi tersebut setelah melewati tanjakan Krumput dari arah Banyumas   jalanan mulai menurun tajam  berkelok cukup memacu adrenalin penumpang kendaraan, jalan melandai.



Setelah jalan agak melandai ada pertigaan kecil kita berbelok kearah kanan/ arah barat, sebuah jalan aspal kecil menuju jalur Kebasen. Setelah sekitar 300 meter belok kanan sampai habis jalan aspal ternyata masuk jalan hutan karet Krumput. Jalan tanah liat berumput yang hanya dapat dilalui kendaraan roda dua atau pejalan kaki ini cukup licin dimusim hujan.



Hanya butuh waktu beberapa menit menyusuri jalan ditengah hutan karet yang sejuk akan tetapi harus ekstra hati-hati jika tidak ingin terpeleset. Perjalanan memang cukup berat dengan kendaraan bermotor apalagi dimusim penghujan tapi terbayarkan dengan keindahan dan kesejukan panorama hutan karet yang melingkupinya. Setelah menyusuri jalanan menurun dan berkelok-kelok yang cukup mendebarkan akhirnya sampailah ditepi sebuah sungai dimana terdapat air terjun yang diberi nama “Curug Gong”



Curug Gong adalah salah satu destinasi wisata yang belum tergarap di area hutan karet Krumput. Prospek wisatanya cukup bagus jika ditangani secara serius. Lokasinya tidak terlalu jauh dari jalan Raya, hutan karet yang sejuk, air terjun yang menawan, goa alam dan sungai dengan view yang menarik untuk foto spot merupakan pesona yang banyak dicari.  Saat ini baru masyarakat sekitar yang mengunjungi tempat ini dan sebagian besar berjalan kaki/hicking.



Dengan sentuhan seni dan management professional didukung publikasi yang luas maka Curug Gong ini akan menjadi obyek wisata baru yang siap bersaing dengan obyek wisata lain di Banyumas. Siapakah yang akan menanganinya inilah yang perlu sentuhan kebijakan birokrasi karena wilayahnya termasuk Perkebunan Karet milik PTPN IX Krumput.  

Selasa, 24 November 2020

GROJOGAN RATU

 


Buat kamu yang suka jalan-jalan ke tempat yang indah, berhawa sejuk sambil menikmati kuliner dan selfie, grojogan Ratu adalah satu tempat yang cocok. Grojogan adalah bahasa jawa yang berarti air yang jatuh dari atas ke bawah, dalam arti lain juga bisa berarti curug. Entah  mengapa dinamakan grojogan bukan curug ratu,  mungkin karena tidak tinggi atau karena bukan dari sungai yang deras.

Letaknya yang persis di pinggir jalan membuat akses kesini sangat mudah, meski jalan yang dilalui tidak besar. Secara geografis  letaknya tidak jauh dari jalan ke Curug Telu karang salam, kalau dari curug telu jalan terus ke atas bisa langsung melihat grojogan ratu ini. Lokasinya dari depan gerbang Queen Garden Hotel turun sekitar 300 m kearah kanan sampai di area parkir Grojogan Ratu. Di grojogan Ratu kita hanya cukup membayar retribusi parkir Rp 2000 untuk roda 2 dan Rp 5000 untuk roda 4.



Karena kami datang  lewat jam 2 siang, kami memesan makan siang dan dinikmati di saung. Jadi di sini pengunjung bisa menikmati makanan minuman sambil menikmati air terjun dan taman. Air terjunnya sendiri mirip tumpahan air yang mengalir di tebing batu sehingga unik berbentuk tirai air. Sementara di atasnya berupa taman bunga dan kebun yang hijau jadi bukan seperti air terjun pada umumnya. Namun begitu, konsep dan pengelolalan objek wisata ini patut diacungi jempol.



Sambil menunggu pesanan menu kami di hidangkan, kita bisa bermain air di bawah kucuran air terjun ini. Lumayan sejuk dan bersih. Disini juga tersedia spot foto yang cantik. Kita  bisa mengambil foto dari berbagai angle. Cocok juga untuk membuat foto pre wedding atau wedding anniversary. Kalau penasaran coba saja, dijamin ngga kecewa.

Selasa, 10 November 2020

Pantai Congot / Jetis

 


Hari Ahad, 22 Robiulawal 1442 H bertepatan 8 November 2020 jamaah Mushola Baitul Hikmah mengadakan rekreasi ke  Gua Jatijajar dan Pantai Congot di desa Jetis kecamatan Nusawungu lebih dikenal dengan Pantai Jetis. Kami memilih Gua Jatijajar dan Pantai Jetis ini karena lokasinya berdekatan dan jarak tempuh tidak begitu jauh,  sehingga bisa dua lokasi sekaligus.

Pantai Jetis merupakan deretan terakhir pantai Selatan Kabupaten Cilacap yang berbatasan dengan Kabupaten Kebumen, termasuk obyek wisata yang baru dikembangkan. Pantai Jetis lebih tepat dijadikan obyek wisata terakhir sebelum pulang karena cocok untuk kuliner dan belanja oleh-oleh khas. Disitu terdapat Tempat Pelelangan Ikan ( TPI ) dimana kita bisa membeli ikan segar yang baru ditangkap dengan harga relative murah sekaligus tempat memasak ikan segar yang  kami beli.  Kita bisa menikmati berbagai makanan laut yang kita pilih sendiri dan sekaligus dimasak dan disantap disitu.



Ada pula pedagang telur asin yang harganya sangat murah jika dibanding dengan harga ditempat lain. Disini satu butir telur asin diual dengan harga Rp 2500 padahal di Ajibarang harganya minimal Rp 3000 bahkan kalau diwarung makan sampai Rp 4000. Ada juga berbagai jenis buah semangka  yang baru dipetik dari kebun dijajakan disepanjang jalan dipantai itu dengan harga yang cukup murah.  Pada saat musim petai disini juga banyak penjual petai yang bagus-bagus dan murah. Pantai jetis bisa menjadi tujuan wisata kuliner yang cukup menarik.



Selain  wisata kuliner pantai Jetis juga memiliki pesona wisata yang lain. Ada pantai yang cukup luas dan landai aman untuk bermain anak – anak. Ada pula fasilitas berkuda, motor pantai arena selfie, disediakan juga kolam renang anak-anak dan tempat bermain. Hanya dengan merogoh kocek Rp 10.000 kita juga bisa menyusuri hutan bakau dengan perahu mesin sampai ke jembatan penghubung kabupaten Cilacap - Kebumen dan berhenti di tempat pelelangan ikan.



Disepanjang tepian pantai banyak warung-warung yang menyediakan makanan khas banyumas yang  mak nyus. Tersedia kelapa muda original, pecel, mendoan yang lengkap dengan lombok cengisnya, kacang rebus, baso, soto, rujak bebek dan makanan lain serta aneka minuman hangat maupun dingin yang siap  disantap sambil menikmati semilir angin pantai sambil memandang keindahan laut Selatan.  


 

Setelah puas menikmati kuliner dan keindahan pantai Jetis  dengan segala pesonanya kita bisa meninggalkan pantai dengan sejuta kenangan kenikmatanya. Banyak pula pedagang ikan asin dan souvenir yang dapat dijadikan oleh-oleh khas Pantai Jetis. Ternyata berwisata ke pantai tidak harus pergi ke tempat yang jauh sampai ke luar negeri. Pantai Selatan perbatasan kabupaten Cilacap dan Kebumen ini ternyata menyimpan kecantikan yang bisa dinikmati oleh warga Banyumas bahkan dari daerah lain.

Jumat, 16 Oktober 2020

TUGU GADA RUJAK POLO

 

Selasa, 13 Oktober 2020

TUGU GADA RUJAK POLO

 


Siang ini saya mengantar istri rapid test di Stasiun Kereta Api Purwokerto karena nanti malam istriku akan berangkat ke Jakarta menggunakan kereta Bima eksekutif. Tujuan akhir adalah Bogor jadi naik kereta turun di stasiun Gambir kemudian ada yang menjemput dan mengantarkanya ke Bogor. Perjalanan seperti ini bukanlah kali yang pertama bahkan sudah sangat sering hanya dimasa covid 19 baru kali ini bepergian menggunakan kereta api dan harus rapid test.

Pukul 09.30 kami berangkat dari rumah berboncengan sepeda motor menuju stasiun kereta api Purwokerto. Setelah bertanya tentang lokasi rapid test ternyata diujung utara dekat pintu masuk kendaraan. Istriku harus menjalani serangkaian prosedur rapid test kemudian menunggu hasilnya untuk beberapa waktu. Setelah hasil test keluar dan dinyatakan non reaktif kamipun segera meninggalkan area stasiun.

Awalnya  kami sempat bingung mau terus pulang masih terlalu pagi dan sudah menempuh perjalanan sedemikian rupa sayang kalua langsung pulang. Akhirnya diputuskan mampir sebentar di tugu gada rujakpolo sekedar berfoto lalu singgah di café under pass minum kopi. Aku segera memacu motor pelahan menuju tugu rujakpolo yang hanya berjarak 100 meter dari stasiun.



Sampai di dekat tugu gada rujakpolo aku memarkir motorku depan kios seberang jalan  sedang tutup karena bukanya sore sampai malam. Situasi jalanan kebetulan tidak begitu ramai, lalu lalang kendaraan tidak begitu padat sehingga untuk pemotretan tidak begitu terganggu dengan lewatnya kendaraan. Kami dengan leluasa melakukan pemotretan dengan beberapa angle sekedar untuk kenang-kenangan di medsos.


Tugu Gada Rukapolo ini memiliki konsep satu gada berada di tengah dan dikelilingi delapan kudi. Kudi ini melambangkan delapan penjuru mata angin. Gada rujakpolo merupakan senjata tokoh pewayangan Werkudara. Diharapkan, tugu ini menjadi simbol untuk mencapai tujuan, akal dan pikiran senantiasa digunakan.

Pustakawan Dinarpusda Banyumas, Fuad Zein Arifin menjelaskan literasi mengenai Tugu tersebut. Tugu Gada Rujak Polo tercantum dalam lambang daerah Kabupaten Banyumas. “Gada Rujak Polo merupakan senjata dari tokoh werkudoro dalam cerita pewayangan yang melambangkan watak satria, jujur dan berani,” ujarnya. Tugu tersebut juga melambangkan agar setiap tindakan yang dilakukan harus selalu menggunakan akal, pikiran dan nalar.

“Sebagaimana tokoh pahlawan dari Banyumas, seperti Jendral Soedirman, Gatot Subroto, R. Suprapto, dan masih banyak lagi,” imbuhnya. Buku literasi mengenai Gada Rujak Polo tersedia di Perpustakaan Daerah Banyumas.“Rekan-rekan yang ingin tau lebih lanjut bisa membaca buku “Banyumas Wisata dan Budaya”. Di perpustakaan Dinas Arpusda Banyumas tersedia,” katanya.

Selesai berfoto kami lanjutkan perjalanan menuju café under pass yang hanya berjarak beberapa meter disebelah barat.  Café under pass adalah sebuah café yang terletak tepat diatas under pass sebelah barat. Tempatnya sangat strategis untuk view under pass secara keseluruhan juga bisa memandang keindahan dan kegagahan gunung Slamet yang menjulang diarah utara. Selain bisa melihat lalu llang kendarn yang melewati under pass juga bisa melihat dengan jelas keluar masuknya kereta api dari Stasiun Purwokerto. Dari sana juga kita bisa melihat dengan jelas tugu Gada Rujakpolo.


Rencananya kami mau ngopi sambil menikmati arus lalu lintas under pas yang tampak indah dari lokasi café sekaligus berfoto selfie. Sayangnya café masih tutup karena masih terlalu pagi sedangkan café buka sore sampai malam. Kamipun melanjutkan perjalanan dan mampir ke  café “Jegangan” di Cilongok untuk makan siang sebelum pulang ke rumah.

Kamis, 15 Oktober 2020

WARUNG JEGANGAN

 

WARUNG JEGANGAN

 

Walaupun labelnya warung sebenarnya adalah sebuah kafe atau rumah makan bergaya tradisional. Terletak di kota kecamatan Cilongok, tepatnya dari Masjid depan kantor kecamatan masuk keutara sekitar 300 meter disebelah kiri jalan. Tempatnya dekat kota tapi bernuansa alam pedesaan yang jauh dari keramaian suara kendaraan bermotor. Jalanan yang halus dan lebar dapat dilalui kendaraan roda empat tanpa khawatir jika berpapasan.

Ada beberapa gubug dengan nama yang sesuai model duduknya yaitu Jagongan, slonjoran, jegangan, lesehan. Jika memilih gubug jagongan yang artinya disitu ada meja kuno dan kursi bamboo tradsional untuk duduk.  Slonjoran berarti beralaskan tikar tanpa kursi dan meja sehingga kita bisa duduk slonjor (menjulurkan kaki) dengan leluasa. Jegangan berarti duduk dengan mengangkat satu kaki (jegang) tempatnya hamper sama dengan slonjoran dan lesehan yaitu tanpa meja dan kursi.



Suasana tempat ini adalah alam terbuka gubug berlantai tanah dan batu dengan halaman dan jalan  rumput yang menghubungkan satu gubug dengan gubug lainya. Suasana sekitar adalah layaknya hutan yaitu ada pohon-pohon besar sehingga suasana teduh dan sejuk jauh dari kesan panas.

Menu yang disediakan disitu menu tradisional jawa dengan satuan porsi. Satu porsinya berisi nasi satu cething, kluban dengan kombinasi sayuran, rontak-rantek dan kecombrang, sayur oseng buncis/ cipir/ jaket/ welok/ kacang Panjang/ kangkong (yang berbeda tiap harinya), oseng tempe, tahu goreng, tempe lagis, ayam goreng,ikan asin, peyek udang dan tidak ketinggalan sambel satu cobek / ciri.



Fasilitas minum satu teko batik kuno teh lengkap dengan cangkir batik model kuno. Semua menu disajikan dalam sebuah tampah dan untuk tiap jenis makanan disajikan dengan wajan kecil beralaskan daun pisang sehingga tampak unik dan natural. Untuk camilan harus pesan terpisah, tersedia mendoan dan pisang goreng panas. Tersedia pula wedang uwuh, kopi, es teh, es jeruk yang juga pesanan terpisah. Satu porsi yang mampu membuat perut kita kekenyangan cukup dengan membayar Rp 30.000.



Kesejukan tempat, suasana tenang jauh dari kebisingan kendaraan dan nuansa tradisional yang membuat warung “Jegangan” ini mempunyai ciri khas tersendiri dan menjadi daya tarik penggemar kuliner warga Banyumas dan sekitarnya. Tempat ini paling pas untuk menjamu makan siang kolega, teman, saudara, teman kantor, bahkan untuk membicarakan hal penting dengan mitra. Banyak keluarga datang sekedar makan siang bersama sambil mengenang suasana dan menu masa lalu yang sulit didapatkan di tempat lain.

Selasa, 07 Juli 2020

CURUG SONG



Perkembagan teknologi informasi mengubah perilaku generasi masa lalu dan masa kini. Salah satu hobby yang tumbuh mengiringi kemajuan teknologi ini adalah foto selfi. Ketika bersama dengan orang tertentu atau berada ditempat baru dan istimewa pasti tidak  ketinggalan foto selfie sebagai bukti mereka pernah berada disana. Aktifitas foto selfie ini berimbas pada perkembangan sector pariwisata yaitu munculnya obyek wisata baru bagaikan cendawan dimusim gugur.

Salah satu destinasi wisata yang sedang menggeliat di Kabupaten Banyumas adalah Curug Song. Curug Song terletak di grumbul Kali Otong desa Kalisalak Kecamatan Kebasen. Bisa diakses dari alun-alun  Banyumas naik kearah barat sampai desa Binangun belok kiri menurun sepanjang hutan pinus sampai ke lokasi. Jika dari arah Purwokerto keselatan sampai Patikraja belok kiri menyeberangi jembatan Merah Putih sungai Serayu menuju Kebasen perempatan pasar belok kiri sampai lokasi. Bisa juga menyeberangi bendung gerak Serayu belok kanan sampai Kebasen, akan tetapi  untuk menyeberang hanya bisa  ditempuh dengan kendaraan roda dua.

Jalan menuju lokasi Curug Song bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat. Kondisi jalan beraspal cukup baik hanya saja jika dari arah Binangun kondisi jalan agak rusak bahkan pada turunan menjelang lokasi rusak parah. Jika ditempuh dari desa Binangun sepanjang jalan melewati hutan pinus yang indah dan banyak lokasi foto selfie di atas bukit dengan latar belakang yang indah.

Potensi wisata desa Kalisalak  memanfaatkan hutan pinus dan air terjun sebagai daya tarik masyarakat terutama kalangan muda-mudi yang sedang haus bagaimana dirinya meng-selfie-kan dirinya. Antusias warganya dalam mengelola curug song ini memang terbukti dengan berbagai fasilitas wisatanya. Biaya yang murah, hanya membayar parkir sebesar Rp 2.000 dan HTM Rp 3.000 kalian bisa menikmati indahnya alam di sisi Banyumas ini. 

Fasilitas pendukung yang disediakan diantaranya sepeda air, flying fox, berkuda, kebun binatang mini, ruang bermain anak, gazebo, selfie deck yang menyerupai perahu dengan background curug Song, dan lain-lain. Tempat parkir cukup luas menampung banyak kendaraan dikelilingi kantin yang menawarkan kuliner khas Banyumas yaitu pecel dan mendoan dengan harga yang cukup murah berjejer sepanjang lokasi wisata,

Karena masih dalam proses berbenah maka masih banyak kendaraan pengangkut materil berlalu lalang. Meskipun demikian antusias warga mengunjungi lokasi wisata ini cukup tinggi terbukti dengan ramainya pengunjung terutama saat liburan. Sementara pengunjung lokasi wisata curug Song masih didominasi wisatawan local. Akan tetapi tidak mustahil akan berkembang jika publikasi digencarkan dan Fasilitas yang disediakan semakin ditingkatkan.

Senin, 29 Juni 2020

KUPAT TAHU



Salah satu kuliner asli Indonesia ini cukup digemari masyarakat. Walaupun sudah muncul makanan pendatang dari negeri lain yang sudah merambah kuliner kita akan tetapi kupat tahu masih bisa bertahan bahkan berani bersaing. Bagi para vegetarian makanan ini sangat cocok karena semua bahan dan bumbu berasal dari tumbuhan  tanpa unsur hewani.

Dulu kupat tahu dijual oleh pedagang kaki lima atau gerobak dorong biasanya buka waktu sore hingga malam hari. Dalam perkembanganya kupat tahu sudah dijual di kios permanen bahkan  menjadi menu khas rumah makan dan café. Bahkan ada rumah makan terkenal yang menggunakan brand kupat tahu. Kita dapat menikmati kuliner ini setiap waktu tidak hanya sore atau malam saja.

Sesuai dengan namanya kupat tahu, bahan dasar makanan ini terdiri dari kupat (ketupat) yang dipotong-potong kecil dicampur tahu juga dipotong seukuran potongan ketupat. Selain itu ditambah irisan daun kol dan timun serta krupuk. Kemudian disiram bumbu kacang yang dikombinasikan dengan kecap ditaburi bawang goreng. Di daerah-daerah tertentu mungkin ada sedikit perbedaan dan variasi akan tetapi tetap tidak mengubah karakter dasar kuliner ini.

Mengenai rasa jangan ditanya, karena kupat tahu memiliki rasa khas yang nikmat dan segar. Bagi penggemar rasa pedas makanan ini dapat dijadikan ajang adu nyali tingkat kepedasan. Kupat tahu termasuk makanan sehat rendah kolesterol karena bahan dasar sayuranya mentah dan segar. Siapa yang belum pernah mencoba kuliner yang satu ini sungguh teramat rugi. Cobalah sekali dijamin ingin mengulangi berkali-kali.

RUJAK ULEG



Rujak uleg adalah kuliner asli warga Banyumas juga bangsa Indonesia umumnya. Rujak uleg adalah makanan favorit terutama bagi kaum wanita. Apalagi wanita hamil yang sedang ngidam rujak menjadi menu yang sangat dirindukan. Tidak jarang seorang suami yang istrinya ngidam rujak harus berkeliling berbagai tempat mencari penjual rujak uleg yang sudah semakin langka.

Diebut rujak uleg karena cara membuatnya diuleg dengan alat yang disebut ciri dan munthu. Didaerah Banyumas dikenal dua macam rujak uleg yaitu rujak mentah dan rujang mateng. Keduanya sama proses pembuatanya dan bumbunya. Yang membedakan adalah rujak mentah berarti bahan dasarnya mentah alias tidak dimasak sedang rujak mateng berarti bahan dasarny sayur yang sudah dimasak alias mateng.

Rujak mentah yaitu rujak dengan bahan dasar buah yang diiris tipis lalu diuleg bersama bumbu rujak. Tidak semua buah cocok dibuat rujak. Biasanya buah yang bisa dibuat rujak adalah timun, bengkoang, ubi jalar, nanas, mangga muda (pakel), kedondong, jambu air. Bisa dibayangkan rasa segar buah yang dicampur bumbu rujak dijamin bikin ngiler. Rujak buah ini lebih bersifat camilan atau hidangan cuci mulut.

Rujak mateng berarti bahan dasarnya sayuran yang sudah direbus atau dikukus yang dipotong kemudian diuleg bersama bumbu rujak. Pada rujak mateng biasanya ditambah ketupat, tahu goreng yang dipotong sedang ditambah krupuk atau mireng. Rujak sayur yang lengkap dengan ketupat dan tahu dan mireng disebut rujak kupat. Rujak kupat ini bisa dikatakan menu  makan karena terdiri ketupat sebagai pengganti nasi dengan lauk tahu, krupuk dan sayur.

Cara membuat rujak uleg sangat sederhana. Alatnya hanya ciri, munthu, pisau. Ciri adalah tempat menguleg yang dibuat dari batu dibentuk pipih layaknya sebuah piring tebal. Munthu adalah alat untuk menguleg atau menggerus yang juga terbuat dari batu gunung yang keras yang dibentuk agak memanjang sebagai pegangan. Pisau digunakan untuk mengiris buah atau sayur.

Cara membuatnya, bumbu ditaruh di ciri yaitu cabai sesuai selera, garam secukupnya, bawang sedikit, kencur sedikit, trasi sedikit, kacang tanah yang sudah digoreng dan gula jawa secukupnya. Semua bahan tersebut diuleg sampai lembut kemudian tambahkan air asam agar bumbu tidak terlalu padat dan mudah bercampur dengan bahan rujak. Setelah bumbu rujak siap tinggal masukan irisan buah atau sayur dan diuleg secara pelahan agar bumbu dan rujak bercampur secara merata. Letakan rujak dalam piring dialasi daun pisang. Rujak siap dinikmati.

Selasa, 02 Juni 2020

TUMPENG



Tumpeng berasal dari sebuah singkatan ‘yen metu kudu mempeng’ yang memiliki arti tersendiri. Bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, ‘yen metu kudu mempeng’ berarti ‘ketika keluar harus sungguh-sungguh semangat.’
Tumpeng sering dijadikan hidangan seremonial dalam suatu perayaan yang memiliki makna ucapan syukur ataupun kebahagiaan. Sebab, makna tumpeng sendiri adalah baik, yakni ketika terlahir manusia harus menjalani kehidupan di jalan Tuhan dengan semangat, yakin, fokus, dan tidak mudah putus asa. Pada awalnya tumpeng berbentuk kerucut, namun seiring perkembangan jaman bentuknya sesuai moment yang diadakan ada yang bulat, bentuk hati, bentuk rumah, mobil dan lainya sesuai hajat orang yang mengadakan syukuran.

Umumnya, proses pemotongan  nasi tumpeng diawali dengan menguraikan terlebih dahulu makna perayaan dari pemotongan tumpeng, berdoa ucapan syukur, selanjutnya nasi tumpeng dipotong dan diserahkan untuk orang yang dihormati sebagai wujud penghormatan, barulah setelah itu nasi tumpeng disantap bersama-sama.
Ternyata dalam penyajian nasi tumpeng biasanya dilengkapi dengan 7 macam lauk-pauk. 7 dalam bahasa Jawa berarti pitu. Angka pitu berarti pitulungan (pertolongan).  Makna dari 7 macam lauk-pauk yang biasa disajikan dalam tumpeng:
1. Nasi putih
Dahulu, nasi tumpeng biasanya dibuat dari nasi putih. Meski saat ini tumpeng sudah memiliki variasi tertentu, mulai dari nasi uduk hingga nasi kuning. Nasi putih  melambangkan sesuatu yang kita makan harusnya berasal dari sumber yang bersih dan halal.
2. Ayam
Ayam yang biasa digunakan pada nasi tumpeng adalah ayam jantan atau ayam jago. Pemilihan ayam jago juga mempunyai makna menghindari sifat-sifat buruk ayam jago, seperti sombong, congkak, selalu menyela ketika berbicara, dan selalu merasa benar sendiri.
3. Ikan Lele
Tak hanya ayam, sebenarnya nasi tumpeng juga dilengkapi dengan ikan lele, namun banyak orang  mengganti  jenis ikan lain, karena bentuk ikan lele yang kurang begitu menarik. Ikan lele menjadi simbol dari ketabahan dan keuletan dalam hidup. Sebab ikan lele mampu bertahan hidup di air yang tidak mengalir dan di dasar sungai.
4. Ikan teri
Ikan teri juga biasa disajikan dalam hidangan nasi tumpeng. Ikan teri dalam nasi tumpeng memiliki makna kebersamaan dan kerukunan, sebab ikan teri selalu hidup bergerombol di dalam laut.
 5. Telur
Telur juga menjadi perlambang jika manusia diciptakan dengan fitrah yang sama. Telur yang digunakan adalah telur rebus  dipindang dan disajikan dengan kulitnya. Untuk memakannya harus mengupas terlebih dahulu. Hal ini melambangkan, bahwa semua tindakan harus direncanakan terlebih dahulu (dikupas), dikerjakan sesuai rencana dan dievaluasi untuk mendapatkan hasil yang sempurna.

6. Sayur Urab
Selain lauk pauk, pelengkap lainnya yang tidak boleh tertinggal adalah sayur urab atau kluban dalam bahasa Banyumas. Biasanya terdiri dari kangkung, bayam, kacang panjang, taoge, dengan bumbu urab yang terbuat dari sambal parutan kelapa.
Sayuran ini melambangkan banyak makna, Kangkung berarti jinangkung yang berarti melindungi. Bayam dapat diartikan dengan ayem tentrem. Taoge atau kecambah berarti tumbuh. Kacang panjang dapat diartikan sebagai pemikiran yang jauh ke depan. Sedangkan bawang merah diartikan mempertimbangan segala sesuatu dengan matang baik buruknya. Dan yang terakhir adalah bumbu urap berarti urip atau hidup atau mampu menghidupi (menafkahi) keluarga
7. Cabe Merah
Hiasan cabe merah yang berbentuk kelopak bunga ini biasanya diletakkan di bagian atas nasi tumpeng. Hiasan cabe ini melembangkan api yang memberikan penerangan yang bermanfaat bagi orang lain.

Begitulah cara orang jaman dulu memberikan pelajaran yaitu dengan symbol-simbol. Metode ini adalah metode dakwah yang paling tepat saat itu. Saat ini tumpeng hanya sebagai seremonial pada perayaan tertentu dengan bentuk yang sudah bervariasi dan lauknyapun sesuai dengan jaman kekinian. Bahkan tumpeng sudah tergantikan dengan kue tart dengan bentuk dan variasi yang lebih canggih.



Minggu, 31 Mei 2020

TAKIRAN



Bagi kalangan Baby boomer dan generasi X (yang lahir sebelum tahun 1980) cukup familiar dengan istilah ini bahkan merindukan kembali acara ini  sebagai kenangan indah masa kecil. Untuk generasi yang lahir setelah tahun 80 an mungkin hanya sebagian kecil yang mengalami takiran. Mereka mungkin  menganggap takiran sebagai acara yang kuno dan tidak cocok untuk masa sekarang sehingga tak perlu dikenang.

Takiran adalah acara makan bersama suatu kelompok lingkungan masyarakat dimana masing-masing anggota masyarakat menyediakan makanan dibungkus daun pisang, dikumpulkan dan saling bertukar. Acara ini dilaksanakan pada peringatan Maulid Nabi, Isra Mi’raj, 10 Muharam, Tarawih (likuran) atau perhelatan keagamaan  yang lain. Makanan dibungkus daun pisang ini sebenarnya ada 3 model cara membungkusnya yaitu ditum, pincuk dan takir namun acara makan bersama ini diberi nama takiran.

Pada masa itu walaupun masyarakat belum makmur artinya makan masih sederhana, namun untuk takiran mereka tidak akan sembrono. Mereka akan membuat lauk yang istimewa dengan menyembelih ayam atau mengambil ikan dikolam. Mereka berprinsip memberi kepada orang lain adalah harus istimewa bukan memberi yang jelek dapat yang baik. Ketika pembagian takir apapun yang diterima mereka sangat senang dan tidak pernah berfikir dia membawa apa dapat apa. Disinilah makna kerukunan dalam masyarakat tergambar dengan nyata.

Secara etimologis kata takir sendiri berasal dari "nata" karo "mikir" (menata dan berpikir) yang bermakna bahwa dalam kehidupan senantiasa harus mempertimbangkan dan menata setiap langkah yang diambil dengan pemikiran tenang, seksama, mendalam dan berhati-hati agar mendapatkan hasil yang terbaik. Memberi kepada orang lain harus yang terbaik sedangkan apapun yang kita terima itulah rizqi kita.
Acara takiran makan bersama ini dilaksanakan diakhir kegiatan setelah semua  selesai. Ibu-ibu dan remaja putri membagikan takir pada seluruh peserta tanpa terkecuali. Acara ini sangat  ditunggu-tungu oleh anak-anak jaman itu. Pada saat pembagian takir semua  hati brdebar-debar menebak lauk apa yang akan diterima. Ketika takir sudah diterima anak-anak akan langsung menyobek tutup bagian atas takir  untuk mengintip apa isi lauknya. Masing-masing akan memamerkan lauk yang didapat dan memakanya dengan lahap setelah dipimpin berdoa. Lauk takiran sudah pasti lebih istimewa dari makanan yang mereka makan sehari-hari.


Acara takiran ini salah satu potret kerukunan masyarakat kita pada masa itu. Mereka masih merasa bersaudara dan saling membutuhkan, memberi dengan tulus, menerima dengan ikhlas. Hati mereka belum terkontaminasi dengan materi duniawi. Memberi yang terbaik merupakan kepuassan tersendiri bagi masyarakat kala itu.

Saat ini acara takiran sudah bergeser menjadi prasmanan dimana semua makanan diseragamkan untuk menghindari ketidakseimbangan yang kaya dengan yang miskin. Terkadang anggota tinggal membayar iuran nanti ada memasak dan pembagianya menggunakan piring, dus kotak atau sterofom. Disamping sudah sulit mencari daun pisang juga lebih praktis dan banyak tersedia diwarung-warung.

Mau tidak mau kita tetap harus mengakui bahwa makanan yang dibungkus dengan daun pisang aroma dan rasanya lebih nikmat dibanding bungkus kertas atau sterofom. Perubahan social akan terus berjalan seiring dengan perkembangan  peradaban manusia. Kita tidak harus kembali ke masa lalu tapi kita harus belajar dari masa lalu untuk bertindak dimasa sekarang dan mempersiapkan masa depan. Tradisi takiran mungkin boleh saja menghilang tapi semangat kebersamaan, kerukunan dan keikhlasan tidak boleh luntur dari jiwa kita.


Ajibarang, 9 Syawal 1441 H
Silaturahmi digital lewat goresan.

Kamis, 28 Mei 2020

MENDHOAN DI TENGAH HUTAN JATI


Mendung menggelayut dilangit pagi  ketiga Iedul Fitri. Kebijakan  PSBB menciptakan suasana lengang jalanan beraspal yang aku lewati. Kutelusuri jalan sambil menunggu munculnya sang mentari memberi kehangatan permukaan bumi. Kupacu motorku pelahan sambil menikmati panorama disamping kanan kiri. Kuhirup udara pagi sebagai kompensasi berdiam dirumah berhari-hari.

Pagi ini rute perjalananku adalah Ajibarang – Wangon – Jeruklegi. Aku ingin melihat sendiri suasana Idul fitri ditengah situasi pendemi. Sampai sejauh mana msyarakat kita mampu menahan diri untuk tidak pergi. Aku merasakan sendiri jalanan terasa sangat sepi walaupun ada beberapa kendaraan pengangkut barang dan kendaraan pribadi. Angkutan penumpang hampir tidak ada sama sekali. Jalan serasa milik sendiri sehingga bisa berakting seperti Valentine Rossi.

Diperempatan Wangon aku sempatkan berhenti. Kuamati suasana kota begitu sepi tak seperti suasana sehari-hari. Kupacu motorku kembali kearah selatan menuju Jeruklegi. Jalan yang sepi kunikmati dengan senandung bahagia dihati. Sesekali aku berhenti sekedar untuk berfoto selfie. Mengabadikan setiap moment dalam perjalanan kali ini.

Sampai pertigaan Jeruklegi kubelokan motorku kekanan dengan hati-hati. Kususuri jalanan yang mulai berliku dan mendaki. Jalanan terlihat basah pertanda gerimis baru saja berhenti. Perjalanan semakin menawan hati melewati deretan hutan jati disisi kanan dan kiri.

Jika bukan masa pendemi jalan ini padat sekali. Jalur selatan sangat diminati pengendara jalur Jakarta – Bandung – Cilacap – Yogyakarta karena kondisi  jalanya bagus dan sepi. Apalagi pemandangan indah dan sejuk  sepanjang hutan jati. Banyak tempat berhenti untuk istirahat dan minum kopi ditengah hutan jati semakin membuat suasana tambah asri.

Aku berhenti untuk menepi kesebuah warung yang terletak disisi kiri. Kuparkir motorku segera kupesan segelas kopi. Kuambil mendhoan yang masih panas yang teredia diatas baki. Kunikmati panasnya mendhoan selagi belum datang segelas kopi. Mendhoan panas dan segelas kopi ditengah hutan jati perpaduan kuliner yang penuh sensasi.  Kuhirup kopi pelahan sambil meresapi nikmat aroma dan rasa yang membangkitkan  inspirasi.

Kulihat sekeliling warung yang bersih dan tertata rapi. Bangunan warung sederhana dari bambu ini berjarak  sekitar 6 meter dari tepi jalan sehingga area parkir cukup memadai. Ada satu meja panjang dengan bangku bambu panjang muat 6 orang  disisi kanan kiri  . Disebelah samping dan belakang ada gubuk lagi  model panggung beralaskan tikar dengan meja-meja pendek tanpa kursi untuk yang lebih suka lesehan.

Makanan dan minuman kemasan di meja berbentuk leter L didalamnya terdapat perabot dapur untuk memasak dan menyajikan makanan serta minuman. Ada ketupat, tempe yang siap digoreng sehingga kita selalu menikmatinya dalam keadaan panas, makanan ringan dan macam-macam mie instan . Untuk minumanpun tersedia minuman  seperti  teh, kopi, susu, jahe. Dibagian depan warung bertumpuk kelapa muda yang siap kupas dan dinikmati kesegaranya.

Pagi ini aku adalah pembeli pertamanya. Sambil mmenikmati mendoan dan dan kopi aku ngobrol dengan pemilik warung.

“ Bagaimana suasana lebaran tahun ini Bu ?” tanyaku memulai obrolan.
“ Wah jauh sekali mas, turun 80% dari biasanya.” jawabnya antusias.
“Patokanya apa Bu?” kejarku penasaran.
“ Biasanya kalau lebaran saya bisa menghabiskan seribu butir kelapa muda. Sekarang sampai hari ketiga lebaran ini baru tigapuluh butir. Sehari paling banyak 11 butir.” jawabnya.

Aku diam sambil menyeruput kopi yang mulai dingin. Ternyata pendemi covid 19 ini membuat ekonomi terpuruk luar biasa. Jalanan yang biasanya ramai banyak orang yang mampir kewarung sekarang sepi. Aku masih bersyukur sebagai guru honorer betapapun gajiku tidak seberapa tapi saat pendemi ini aku masih menikmati gaji tiap bulan. Akubisa melakukan traveling mendengarkan curhat ibu warung yang ekonominya terdampak covid 19.  Nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan.

Tak lama kemudian sebuah mobil sedan berhenti dan parker di depan warung. Ketika pintu terbuka turun suami istri dengan dua anak remaja sepertinya sebuah keluarga muda. Ibu wrung tersenyum cerah menyambut rizqi yang datang pagi ini. Aku berdiri membayar segelas teh dengan dua lembar mendhoan ukuran jumbo hanya Rp 10.000.

“ Trimakasih mas njenengan pembeli pertama yang nglarisi warung saya.” katanya dengan nada yang kurasakan sangat  tulus. 
“Semoga hari ini rizqi ibu melimpah dan berkah.” kataku sambil keluar warung menuju motorku.
“Aamiin.” jawabnya semangat dengan penuh rasa optimis.

Rabu, 27 Mei 2020

TELAGA KUMPE



Telaga Kumpe adalah sebuah telaga kecil dikaki gunung Slamet yang indah. Lokasinya dilereng selatan gunung Slamet diantara dua lokawisata yaitu curug Cipendok dan Baturaden. Awalnya teaga tertutup tanaman air sehingg permukaanya tidak kelihatan. Ketika sector pariwisata digalakan maka mulailah telaga Kumpe ditata ulang sehingga kecantikanya terlihat.
Jika kita hendak mengunjungi telaga Kumpe sarana transportasi jalan beraspal sudah bagus bisa dilewati kendaraan roda dua maupun empat. Jika menggunakan kendaraan pastikan kondisi mesin mobil dalam keadaan fit termasuk kondisi remnya. Kondisi jalan yang menanjak dan berkelok cukup memacu adrenalin. Tapi jangan kawatir karena sepanjang perjalanan kanan kirinya adalah hutan cemara yang indah dan sejuk.
Jalur yang bisa ditempuh jika dari arah kota Purwokerto kearah barat sampai jembatan sungai logawa dan mengaji belok kanan terus sampai desa Gununglurah lurus sampai desa Sambirata belok kanan naik keatas sampai lokasi. Bisa juga Purwokerto kebarat melewati kota  Cilongok  sampai pertigaan pondok Modern Zam-zam belok kanan sampai desa Panembangan terus naik sampai desa Sambirata. Jika dari  Ajibarang kearah  timur sampai pertigaan Losari belok kiri terus sampai jembatan kereta api belok kanan ke desa Panembangan kemudian belok kiri kearah desa Sambirata naik sampe ke telaga Kumpe

Perjalanan menuju lokasi memang cukup memacu adrenalin, tapi setelah sampai disana semuanya terbayar lunas. Keindahan telaga Kumpe dengan alam sekitarnya yang masih asri dengan udara yang sejuk mampu menghilangkan kelelahan selama perjalanan. Pengunjung bias bersantai ditepi telaga atau memancing ditelaga yang airnya sangat jernih. Diediakan juga kafe-kafe artistic dengan kuliner khas banyumas seperti mendoan,tahu kalisari dan cimplung. Banyak juga spot-spot berfoto dengan background telaga.

Bagi yang hobby camping dan hiking juga tersedia lokasi yang menarik dengan sarana yang dibutuhkan. Hutan pinus yang mengelilingi telaga dan perbukitan yang masih asri menjadi pesona tersendiri. Untuk yang ingin berkeliling telaga lewat air telah disediakan perahu dan sepeda air.  Telaga Kumpe merupakan deretan lokawisata sepanjang lereng selatan gunung Slamet. Setelah mengunjungi telaga Kumpe bisa menuju Curug Cipendok, Ger Manggis, Taman Panginyongan, Taman Teletubies. Sempatkan berwisata di Banyumas Barat wilayah kecamatan Cilongok. Nikmati keindahan alamnya, keramahan penduduknya, kulinernya,  

Jumat, 10 April 2020

PANGON



“Pangon” adalah sebutan untuk orang yang menggembala binatang ternak. Dari kata kerja “angon” yang artinya menggembala. Di daerah banyumas umumnya hewan ternak besar seperti Kerbau, Sapi dan Kambing dipelihara secara tradisional. Biasanya pada musim setelah panen waktu pagi ternak dikeluarkan dari kandang dan  dilepas secara liar supaya makan sendiri. “Pangon” tinggal menggiring dengan “pecut” (cambuk) menuju sawah/tegal/padang rumput tempat angon.
Selama ternak mencari makan si “pangon” cukup menunggui dipinggir sawah atau di gubuk. Selain menunggu “pangon“  mencari rumput untuk persediaan makan waktu malam. Untuk mengisi kebosanan “angon” ssekali duduk di atas punggung Kerbaunya sambil bernyanyi atau meniup seruling. “Pangon” harus menjaga ternaknya jangan sampai masuk kebun tetangga dan makan tanamannya.
Jika hari sudah sore “pangon menggiring kembali ternaknya pulang. Dia selalu menggiring dari belakang menggunakan pecut. Jika ternak sudah masuk kekandang selesailah tugas “pangon”. Itulah peternakan tradisional didaerah Banyumas. Selain digembalakan binatang ternak seperti Kerbau dan sapi digunakan untuk menggarap sawah yaitu menarik bajak.
Seiring perkembangan teknologi orang membajak sawah  menggunakan traktor. Sekarang hampir sudah tidak ada orang menggembalakan kerbau atau sapi disawah. Orang memelihara ternak dikandang dan hanya diberi makan tidak boleh keluar. Pangon adalah gambaran masa lalu keindahan dan ketentraman alam pedesaan.

Minggu, 05 April 2020

MEME GABAH




Secara etimologis Meme berasal dari bahasa  ngapak Banyumasan  artinya menjemur. Setipe dengan meme yaitu pepe artinya berjemur. Dalam istilah pertanian meme adalah menjemur padi (gabah)  setelah “digepyok” (dirontokan dari batangnya). Meme merupakan proses ketiga dalam panen padi setelah ngarit dan gepyok.
Tujuan dari proses meme adalah mengeringkan gabah sebelum “ditutu”  (ditumbuk) atau  “diselip” (digilling) menjadi beras. Proses meme ini mengandalkan cuaca karena menggunakan sinar matahari. Jika panas cukup baik maka proses meme bisa selesai  lebih cepat. Gabah yang sudah  kering  baru boleh “ditutu” atau “diselip” menjadi beras atau disimpan. Gabah yang sudah kering bisa disimpan dalam waktu yang sangat lama dengan penyimpanan yang benar.
Biasanya petani menyimpan sebagian padinya untuk kebutuhan makan sendiri. Tempat menyimpan gabah sebelum “ditutu”/”diselip”  namanya “lumbung”.

Kamis, 02 April 2020

GEPYOK



Gepyok adalah salah satu kegiatan pasca panen yang dilakukan para petani yang masih menggunakan system panen manual. Kata gepyok berarti memukulkan atau menyabetkan. Istilah Gepyok berarti memukulkan/menyabetkan  batang padi yang sudah dipotong dengan sabit pada papan benda tertentu agar bulir-bulir padinya rontok. Gepyok masih banyak dilakukan oleh para petani di kaki gunung Slamet Kabupaten  Banyumas.

Proses memanen padi setelah tanaman padi siap panen diawali dari ngarit (memotong tanaman padi dengan sabit/arit). Biasanya ada beberapa orang yang melakukan proses panen. Sebagian orang menyabit sebagian lagi gepyok. Pada umumnya ngarit (menyabit) dilakukan oleh kaum laki-laki sdangkan gepyok dilakukan oleh para wanita.

Dari proses gepyok itulah dihasilkan gabah ( padi yang masih ada kulitnya ). Sisa batang padi (jerami) dikumpulkan biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak sapi. Gabah hasil gepyok masih bercampur dengan serpihan-serpihan jerami sehingga harus dibersihkan. Setelah gabah bersih dari serpihan jerami barulah gabah dijemur (meme)

RANGIN





Makanan tradisional yang aku kenal sejak  masih duduk di sekolah dasar yaitu tahun 70 an itu bernama “Rangin”. Dalam bahasa jawa setiap kata atau nama mempunyai arti dan makna tertentu. “ Rangin “ merupakan kepanjangan dari _arang-arang kepengin_ artinya jarang-jarang ingin ( kalau kita ingin tidak mesti setiap waktu ada barangnya ). Rangin merupakan jajanan khas jawa yang nikmat gurih serta ada manisnya. Rangin termasuk jenis fast food ketika kita membeli maka penjualnya memasaknya secara mendadak sehingga kita menikmatinya ketika masih panas. Penjual rangin dapat dijmpai pada waktu pagi atau sore dan memang cocok sebagai teman minum teh atau kopi.

Jika di daerah Banyumas orang menyebutnya “rangin” di Semarang atau Yogyakarta orang menyebutnya gandos di Jakarta dikenal dengan kue pancong. Orang Bandung menyebutnya bandros , di Bojonegoro disebut tapak Jaran orang Bali memberi nama daluman.

Rangin terbuat dari adonan tepung beras dicampur santan kelapa dan irisan kelapa ditambah garam secukupnya diaduk sampai rata. Adonan Rangin  dituangkan kedalam  dalam cetakan loyang yang sudah diolesi minyak agar tidak lengket dengan api di bawahnya. Setelah masak berwarna kuning kecoklatan bagian bawahnya maka diangkat ditaruh diatas piring dan ditaburi gula pasir. Pengaruh garam dan santan membuat dominasi rasa gurih jajanan tradisional ini. Bagi penyuka rasa manis biasanya cukup meminta sedikit taburan gula tebu di permukaanya.