Jumat, 16 Oktober 2020

TUGU GADA RUJAK POLO

 

Selasa, 13 Oktober 2020

TUGU GADA RUJAK POLO

 


Siang ini saya mengantar istri rapid test di Stasiun Kereta Api Purwokerto karena nanti malam istriku akan berangkat ke Jakarta menggunakan kereta Bima eksekutif. Tujuan akhir adalah Bogor jadi naik kereta turun di stasiun Gambir kemudian ada yang menjemput dan mengantarkanya ke Bogor. Perjalanan seperti ini bukanlah kali yang pertama bahkan sudah sangat sering hanya dimasa covid 19 baru kali ini bepergian menggunakan kereta api dan harus rapid test.

Pukul 09.30 kami berangkat dari rumah berboncengan sepeda motor menuju stasiun kereta api Purwokerto. Setelah bertanya tentang lokasi rapid test ternyata diujung utara dekat pintu masuk kendaraan. Istriku harus menjalani serangkaian prosedur rapid test kemudian menunggu hasilnya untuk beberapa waktu. Setelah hasil test keluar dan dinyatakan non reaktif kamipun segera meninggalkan area stasiun.

Awalnya  kami sempat bingung mau terus pulang masih terlalu pagi dan sudah menempuh perjalanan sedemikian rupa sayang kalua langsung pulang. Akhirnya diputuskan mampir sebentar di tugu gada rujakpolo sekedar berfoto lalu singgah di café under pass minum kopi. Aku segera memacu motor pelahan menuju tugu rujakpolo yang hanya berjarak 100 meter dari stasiun.



Sampai di dekat tugu gada rujakpolo aku memarkir motorku depan kios seberang jalan  sedang tutup karena bukanya sore sampai malam. Situasi jalanan kebetulan tidak begitu ramai, lalu lalang kendaraan tidak begitu padat sehingga untuk pemotretan tidak begitu terganggu dengan lewatnya kendaraan. Kami dengan leluasa melakukan pemotretan dengan beberapa angle sekedar untuk kenang-kenangan di medsos.


Tugu Gada Rukapolo ini memiliki konsep satu gada berada di tengah dan dikelilingi delapan kudi. Kudi ini melambangkan delapan penjuru mata angin. Gada rujakpolo merupakan senjata tokoh pewayangan Werkudara. Diharapkan, tugu ini menjadi simbol untuk mencapai tujuan, akal dan pikiran senantiasa digunakan.

Pustakawan Dinarpusda Banyumas, Fuad Zein Arifin menjelaskan literasi mengenai Tugu tersebut. Tugu Gada Rujak Polo tercantum dalam lambang daerah Kabupaten Banyumas. “Gada Rujak Polo merupakan senjata dari tokoh werkudoro dalam cerita pewayangan yang melambangkan watak satria, jujur dan berani,” ujarnya. Tugu tersebut juga melambangkan agar setiap tindakan yang dilakukan harus selalu menggunakan akal, pikiran dan nalar.

“Sebagaimana tokoh pahlawan dari Banyumas, seperti Jendral Soedirman, Gatot Subroto, R. Suprapto, dan masih banyak lagi,” imbuhnya. Buku literasi mengenai Gada Rujak Polo tersedia di Perpustakaan Daerah Banyumas.“Rekan-rekan yang ingin tau lebih lanjut bisa membaca buku “Banyumas Wisata dan Budaya”. Di perpustakaan Dinas Arpusda Banyumas tersedia,” katanya.

Selesai berfoto kami lanjutkan perjalanan menuju café under pass yang hanya berjarak beberapa meter disebelah barat.  Café under pass adalah sebuah café yang terletak tepat diatas under pass sebelah barat. Tempatnya sangat strategis untuk view under pass secara keseluruhan juga bisa memandang keindahan dan kegagahan gunung Slamet yang menjulang diarah utara. Selain bisa melihat lalu llang kendarn yang melewati under pass juga bisa melihat dengan jelas keluar masuknya kereta api dari Stasiun Purwokerto. Dari sana juga kita bisa melihat dengan jelas tugu Gada Rujakpolo.


Rencananya kami mau ngopi sambil menikmati arus lalu lintas under pas yang tampak indah dari lokasi café sekaligus berfoto selfie. Sayangnya café masih tutup karena masih terlalu pagi sedangkan café buka sore sampai malam. Kamipun melanjutkan perjalanan dan mampir ke  café “Jegangan” di Cilongok untuk makan siang sebelum pulang ke rumah.

Kamis, 15 Oktober 2020

WARUNG JEGANGAN

 

WARUNG JEGANGAN

 

Walaupun labelnya warung sebenarnya adalah sebuah kafe atau rumah makan bergaya tradisional. Terletak di kota kecamatan Cilongok, tepatnya dari Masjid depan kantor kecamatan masuk keutara sekitar 300 meter disebelah kiri jalan. Tempatnya dekat kota tapi bernuansa alam pedesaan yang jauh dari keramaian suara kendaraan bermotor. Jalanan yang halus dan lebar dapat dilalui kendaraan roda empat tanpa khawatir jika berpapasan.

Ada beberapa gubug dengan nama yang sesuai model duduknya yaitu Jagongan, slonjoran, jegangan, lesehan. Jika memilih gubug jagongan yang artinya disitu ada meja kuno dan kursi bamboo tradsional untuk duduk.  Slonjoran berarti beralaskan tikar tanpa kursi dan meja sehingga kita bisa duduk slonjor (menjulurkan kaki) dengan leluasa. Jegangan berarti duduk dengan mengangkat satu kaki (jegang) tempatnya hamper sama dengan slonjoran dan lesehan yaitu tanpa meja dan kursi.



Suasana tempat ini adalah alam terbuka gubug berlantai tanah dan batu dengan halaman dan jalan  rumput yang menghubungkan satu gubug dengan gubug lainya. Suasana sekitar adalah layaknya hutan yaitu ada pohon-pohon besar sehingga suasana teduh dan sejuk jauh dari kesan panas.

Menu yang disediakan disitu menu tradisional jawa dengan satuan porsi. Satu porsinya berisi nasi satu cething, kluban dengan kombinasi sayuran, rontak-rantek dan kecombrang, sayur oseng buncis/ cipir/ jaket/ welok/ kacang Panjang/ kangkong (yang berbeda tiap harinya), oseng tempe, tahu goreng, tempe lagis, ayam goreng,ikan asin, peyek udang dan tidak ketinggalan sambel satu cobek / ciri.



Fasilitas minum satu teko batik kuno teh lengkap dengan cangkir batik model kuno. Semua menu disajikan dalam sebuah tampah dan untuk tiap jenis makanan disajikan dengan wajan kecil beralaskan daun pisang sehingga tampak unik dan natural. Untuk camilan harus pesan terpisah, tersedia mendoan dan pisang goreng panas. Tersedia pula wedang uwuh, kopi, es teh, es jeruk yang juga pesanan terpisah. Satu porsi yang mampu membuat perut kita kekenyangan cukup dengan membayar Rp 30.000.



Kesejukan tempat, suasana tenang jauh dari kebisingan kendaraan dan nuansa tradisional yang membuat warung “Jegangan” ini mempunyai ciri khas tersendiri dan menjadi daya tarik penggemar kuliner warga Banyumas dan sekitarnya. Tempat ini paling pas untuk menjamu makan siang kolega, teman, saudara, teman kantor, bahkan untuk membicarakan hal penting dengan mitra. Banyak keluarga datang sekedar makan siang bersama sambil mengenang suasana dan menu masa lalu yang sulit didapatkan di tempat lain.