Jumat, 27 Maret 2020

MENGENANG JEMBATAN TONJONG


Setelah selesai mengikuti kajian Ahad pagi di masjid At Taqwa aku berencana mencuci motor. Aku memacu motorku, tujuanku adalah tempat cuci motor dan mobil Tonjong Mas di dekat jembatan tonjong lama yang sudah tidak dipakai.  Kebetulan kondisi tempat cuci motor masih sepi maka ketika motorku diparkir langsung ada yang menangani.

Sementara aku menunggu motor sedang dicuci aku berjalan-jalan sekitar lokasi jembatan Tonjong. Aku menerawang ke masa  sekitar 20 tahun yang lalu  Jembatan Tonjong adalah tempat yang oleh sebagian besar masyarakat dianggap sebagai tempat yang angker. Dikatakan demikian karena banyak peristiwa kecelakaan yang terjadi disitu.

Sebenarnya bukan tempatnya yang angker akan tetapi memang posisi jalan menurun dan berbelok serta jembatan sempit  dan kebetulan posisi sungai  dari jalan raya cukup dalam mungkin sekitar 20 meter. Kondisi dan posisi jalan dengan jembatan yang seperti itu bagi sopir yang belum paham menjadi kendala tersendiri sehingga banyak terjadi kecelakaan. Disisi kiri dan kanan jembatan tumbuh dua pohon beringin besar dan rimbun serta jauh dari pemukiman penduduk , jarang tampak orang berlalu lalang sehingga menambah angker suasana. Saat itu pola pikir masyarakat masih kental dengan dunia mistis dan takhayul sehingga cerita seram dengan mudah menyebar dan diterima dengan pola pikir masyarakat saat itu.

Sebenarnya tidak seangker yang banyak diceritakan masyarakat sekitarnya. Tonjong adalah tempat yang indah dan sejuk. Banyak para pejalan kaki yang beristirahat dibawah pohon beringin besar yang rimbun. Ketika bulan Ramadan aku dengan teman-teman sering berjalan-jalan sampai jembatan Tonjong bermain-main dibawah pohon beringin. Banyak pengemudi atau kondektur mobil melempar uang logam mungkin menurut mereka sebagai penolak bencana yang kami berebut untuk mendapatkanya.

Sungai dibawah jembatan dari atas terlihat sempit tapi dibawah melebar. Dari atas jembatan air tampak tenang dan seram karena memang tertutup semak belukar yang tumbuh ditebing sungai. Padahal kalau kita turun ke bawah sana tempatnya luas dan sejuk, airnya memang tenang karena memang sangat dalam. Banyak ikan yang besar-besar terkadang muncul dipermukaan.

Disisi tebing banyak terdapat mata air yang sangat jernih membentuk kolam-kolam kecil. Dikolam-kolam kecil itu terdapat ikan benter / wader. Biasanya para pemancing ikan besar seperti Bacman, Palung, Pelus, Sidat akan memancing ikan benter lebih dulu untuk dijadikan sebagai umpan. Betapapun matahari besinar sangat panas tapi para pemancing tidak akan merasakanya karena terlindung tebing batu dan pohon-pohon yang ada.

Kedung Tonjong terbagi 2 bagian yaitu bagian atas tepatnya dibawah jembatan lama. Pada bagian ini permukaan airnya terlihat tenang namun seram karena menunjukan kedalaman sungai yang luar biasa. Bagian bawah atau hilir sudah melebar dan airnya tampak deras arusnya menandakan tidak sedalam bagian atas. Ada jalan setapak disisi tebing sebelah timur yang biasa dilalui para pemancing ikan untuk naik dan turun.

Seiring dengan perkembangan dunia pemancingan mungkin para pemancing dibawah jembatan Tonjong  sudah tidak sebanyak dulu. Banyak alternative tempat memancing yang muncul. Selain kolam pancingan sudah banyak dibuat ada juga Waduk Penjalin, Sungai Tajum, Sungai Serayu juga waduk Wadas Lintang yang menjadi obyek  tujuan  para pemancing.

Setelah dibangun Jembatan baru maka jembatan lama tidak terpakai lagi tapi banyak dimanfaatkan untuk area bisnis. Muncul bengkel, tempat cuci kendaraan ada juga warung makan dan rujak. Mata air yang banyak disekitar Tonjong sudah dimanfaatkan oleh PDAM sebagai salah satu sumber airnya. Disisi timur jembatan lama sudah dibangun kantor instalasi sumber air PDAM.

Sayang pemerintah dan para penghuni  atau mungkin para pebisnis disekitar jembatan lama kurang merawat lingkungannya. Terlihat tumpukan sampah ditepi kanan dan kiri jembatan membuat tidak sedap dipandang mata. Kondisi pagar jembatan lama yang rusak dibiarkan tidak terawat dan sangat membahayakan. Jembatan Tonjong yang gagah berwibawa dengan segala mitosnya kini seperti onggokan tempat tanpa makna.

Kamis, 26 Maret 2020

JANGAN KETEWEL BANYUMAS


JANGAN KETEWEL BANYUMAS



Bagi masyarakat Banyumas istilah jangan ketewel tidak asing. Akan tetapi bagi masyarakat luar Banyumas akan menjadi sesuatu yang unik. Istilah “jangan” di Banyumas bukan kata larangan tapi sayur. Sedangkan “ketewel” adalah nangka muda (mentah). Ungkapan “Desa mawa cara dapur mawa ciri” yang berarti lain daerah lain pula masakanya berlaku  juga bagi nangka. Di Yogyakarta nangka dimasak jadi gudeg, di Pekalongan jadi megono di Banyumas jadi “jangan ketewel” didaerah lain mungkin beda lagi.

“Jangan ketewel” adalah nangka muda yang dkupas kulitnya, kemudian direbus, setelah itu dimasak dengan kuah santan seperti orang masak gulai, opor atau sayur lodeh. Jangan ketewel juga banyak digunakan sebagai pengganti gulai atau opor saat disantap dengan ketupat lebaran bagi yang tidak makan daging ( vegetarian ) rasanyapun tidak kalah nikmatnya. Dengan ditaburi bawang goreng dan ditemani sambel bajag dan kerupuk udang maka hidangan ini terasa istimewa.

Selain untuk hidangan lebaran, “jangan ketewel” ini sering juga dijadikan menu prasmanan pada hajatan di masyarakat Banyumas. Sebagai hidangan berkuah maka “jangan ketewel” ini sering menggantikan sop, gulai pada daftar menu hajatan. Bagi yang sempat berkunjung daerah banyumas cobalah untuk menikmati “jangan ketewel” lengkap dengan sambel dan ikan asin dijamin mak nyuuus.


CIMPLUNG BANYUMAS



Dimana ada petani gula jawa yang pertama kali dicari/ ditanyakan adalah “ Cimplung “. Apakah cimplung itu ? Cimplung adalah makanan khas daerah Banyumas yaitu umbi atau buah tertentu yang direndam ( dicemplung ) kedalam air badeg ( nira kelapa ) yang sedang mendidih pada proses pembuatan gula jawa ( gula kelapa ) selama waktu tertentu kemudian diangkat dan disajikan. Rasanya jangan ditanya tapi harus dicoba. Cimplung yang asli hanya ada didaerah pembuat gula jawa.
Banyumas bagian barat khususnya Ajibarang , Cilongok dan sekitarnya adalah produsen gula jawa ( gula kelapa ). Didaerah produsen gula jawa pasti orang mengenal “ Cimplung “ sebagai icon kuliner utama. Syarat cimplung adalah perajin gula jawa ( gula kelapa ). Artinya tidak ada “ Cimplung “ kalau tidak ada perajin gula jawa kalaupun ada berarti palsu atau KW.
Dibulan Ramadan “ Cimplung “ menjadi alernatif berbuka puasa sebagai substitusi dari kurma. Rasanya yang manis segar mengandung zat gula ( glukosa ) akan mengembalikan energy setelah sehari berpuasa. “ Cimplung “ juga sering digunakan untuk menjamu tamu-tamu istimewa yang datang ke daerah Banyumas sebagai menu kebanggaan. Bagi orang banyumas yang lama merantau ke luar daerah ketika pulang ke daerah asalnya pasti akan mencari “ Cimplung “.
Ada bermacam-macam “ Cimplung “ tergantung bahan utama pembuatnya. Ada cimplung tales, cimplung gedang, cimplung budin, cimplung kentang, cimplung sukun, cimplung jengkol, dan lain-lain. Dan yang paling menjadi primadonanya adalah cimplung dawegan ( cimplung kelapa muda ).   Jika “ Cimplung “ disuguhkan bersama dalam satu jamuan, maka semua jenis roti buatan pabrik manapun tidak akan mampu mengalahkan sensasi “ Cimplung “ . Bagi yang belum mengenal “ Cimplung “ mungkin dianggap berlebihan akan tetapi bagi yang sudah merasakan akan mengakui “ its very delicious food “
Di daerah banyumas sendiri “ Cimplung “ termasuk makanan yang langka artinya susah dicari dipasaran. “ Cimplung “ yang asli kualified biasanya tidak dijajakan layaknya makanan yang lain.  “ Cimplung “ hanya bisa dipesan pada para perajin gula jawa dengan membawa bahan baku pembuat cimplung sendiri. Orang Banyumas  membuat “ Cimplung “ hanya pada acara-acara tertentu. Jika orang dari luar Banyumas disuguhi “ Cimplung “ dalam jamuanya berarti termasuk orang yang istimewa. Bisa dikatakan “ Cimplung “ adalah hidangan kehormatan untuk tamu-tamu istimewa.
Salah satu kendala penggemar “ Cimplung “ adalah tidak mudah mendapatkan makanan tersebut walaupun didaerah asalnya. Belum dijumpai orang yang memasak badeg ( nira kelapa ) yang kusus untuk membuat “ Cimplung “ . Yang ada orang membuat “ Cimplung “ sebagai sampingan ketika membuat gula jawa. Dan belum ada investor yang melirik bisnis “ Cimplung.”
Bulan Ramadan adalah bulan yang istimewa bagi para peminat surga. Surga tidak dapat diraih begitu saja tanpa ketaatan dan amal sholeh. Seperti “ Cimplung “ tidak dapat dinikmati beitu saja tapi melalui proses yang cukup unik. Akan tetapi untuk orang istimewa “ Cimplung “  akan tersaji tanpa diminta sebagai kehormatan. Bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh Allah menjanjikan surga dengan segala kenikmatan yang ada didalamnya. Surga diberikan sebagai kehormatan bagi orang-orang yang bertaqwa.