Setelah
selesai mengikuti kajian Ahad pagi di masjid At Taqwa aku berencana mencuci
motor. Aku memacu motorku, tujuanku adalah tempat cuci motor dan mobil Tonjong
Mas di dekat jembatan tonjong lama yang sudah tidak dipakai. Kebetulan kondisi tempat cuci motor masih
sepi maka ketika motorku diparkir langsung ada yang menangani.
Sementara aku
menunggu motor sedang dicuci aku berjalan-jalan sekitar lokasi jembatan
Tonjong. Aku menerawang ke masa sekitar
20 tahun yang lalu Jembatan Tonjong
adalah tempat yang oleh sebagian besar masyarakat dianggap sebagai tempat yang
angker. Dikatakan demikian karena banyak peristiwa kecelakaan yang terjadi
disitu.
Sebenarnya
bukan tempatnya yang angker akan tetapi memang posisi jalan menurun dan
berbelok serta jembatan sempit dan
kebetulan posisi sungai dari jalan raya
cukup dalam mungkin sekitar 20 meter. Kondisi dan posisi jalan dengan jembatan
yang seperti itu bagi sopir yang belum paham menjadi kendala tersendiri
sehingga banyak terjadi kecelakaan. Disisi kiri dan kanan jembatan tumbuh dua
pohon beringin besar dan rimbun serta jauh dari pemukiman penduduk , jarang
tampak orang berlalu lalang sehingga menambah angker suasana. Saat itu pola
pikir masyarakat masih kental dengan dunia mistis dan takhayul sehingga cerita
seram dengan mudah menyebar dan diterima dengan pola pikir masyarakat saat itu.
Sebenarnya
tidak seangker yang banyak diceritakan masyarakat sekitarnya. Tonjong adalah
tempat yang indah dan sejuk. Banyak para pejalan kaki yang beristirahat dibawah
pohon beringin besar yang rimbun. Ketika bulan Ramadan aku dengan teman-teman
sering berjalan-jalan sampai jembatan Tonjong bermain-main dibawah pohon
beringin. Banyak pengemudi atau kondektur mobil melempar uang logam mungkin
menurut mereka sebagai penolak bencana yang kami berebut untuk mendapatkanya.
Sungai
dibawah jembatan dari atas terlihat sempit tapi dibawah melebar. Dari atas
jembatan air tampak tenang dan seram karena memang tertutup semak belukar yang
tumbuh ditebing sungai. Padahal kalau kita turun ke bawah sana tempatnya luas
dan sejuk, airnya memang tenang karena memang sangat dalam. Banyak ikan yang
besar-besar terkadang muncul dipermukaan.
Disisi tebing
banyak terdapat mata air yang sangat jernih membentuk kolam-kolam kecil.
Dikolam-kolam kecil itu terdapat ikan benter / wader. Biasanya para pemancing
ikan besar seperti Bacman, Palung, Pelus, Sidat akan memancing ikan benter
lebih dulu untuk dijadikan sebagai umpan. Betapapun matahari besinar sangat
panas tapi para pemancing tidak akan merasakanya karena terlindung tebing batu
dan pohon-pohon yang ada.
Kedung
Tonjong terbagi 2 bagian yaitu bagian atas tepatnya dibawah jembatan lama. Pada
bagian ini permukaan airnya terlihat tenang namun seram karena menunjukan
kedalaman sungai yang luar biasa. Bagian bawah atau hilir sudah melebar dan
airnya tampak deras arusnya menandakan tidak sedalam bagian atas. Ada jalan
setapak disisi tebing sebelah timur yang biasa dilalui para pemancing ikan untuk
naik dan turun.
Seiring
dengan perkembangan dunia pemancingan mungkin para pemancing dibawah jembatan
Tonjong sudah tidak sebanyak dulu.
Banyak alternative tempat memancing yang muncul. Selain kolam pancingan sudah
banyak dibuat ada juga Waduk Penjalin, Sungai Tajum, Sungai Serayu juga waduk
Wadas Lintang yang menjadi obyek
tujuan para pemancing.
Setelah
dibangun Jembatan baru maka jembatan lama tidak terpakai lagi tapi banyak
dimanfaatkan untuk area bisnis. Muncul bengkel, tempat cuci kendaraan ada juga
warung makan dan rujak. Mata air yang banyak disekitar Tonjong sudah
dimanfaatkan oleh PDAM sebagai salah satu sumber airnya. Disisi timur jembatan
lama sudah dibangun kantor instalasi sumber air PDAM.
Sayang
pemerintah dan para penghuni atau mungkin
para pebisnis disekitar jembatan lama kurang merawat lingkungannya. Terlihat
tumpukan sampah ditepi kanan dan kiri jembatan membuat tidak sedap dipandang
mata. Kondisi pagar jembatan lama yang rusak dibiarkan tidak terawat dan sangat
membahayakan. Jembatan Tonjong yang gagah berwibawa dengan segala mitosnya kini
seperti onggokan tempat tanpa makna.